Drajad Diperintah Amien Ikut Pendaftaran JK-Wiranto
JAKARTA - Politisi Partai Amanat Nasional Drajad Wibowo tampak hadir saat pasangan Jusuf Kalla-Wiranto mendaftarkan diri ke KPU. Drajad mengatakan, kehadirannya itu merupakan perintah dari Ketua Majelis Pertimbangan Partai PAN Amien Rais.
"Semalam Pak JK berkunjung ke Pak Amien, lalu saya ditugaskan Pak Amien untuk ikut hadir," ujar Drajad di kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Sabtu (16/5/2009).
Kedatangan Drajad ini menimbulkan tanda tanya. Pasalnya, seperti diketahui PAN merupakan salah satu partai pendukung SBY-Boediono.
"Dalam rakernas, PAN sudah memutuskan koalisi dengan Demokrat tapi Pak Amine Rais menyatakan dengan gamblang kepada Pak Yudhoyono dalam beberapa kali peretemuan dan surat bahwa beliau masih sangat sulit menerima Boediono," ungkap pria yang dikenal sangat dekat dengan Amien Rais itu.
Drajad menambahkan, hal ini bukan karena Hatta Radjasa tidak terpilh sebagai cawapres SBY, melainkan lebih kepada label yang melekat pada Boediono. "Label Jawa Timur dan derajat keislaman Boediono menyulitkan bagi Pak Amien untuk kampanye di kantong-kantong PAN," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, PAN mengkaji dan menimbang dengan seksama suara PAN akan diremokendasikan ke mana. Karena stempel PAN tidak diperlukan dalam pendaftaran capres-cawapres, baik JK, SBY, maupun Megawati.
"Semua sudah cukup, tidak perlu stempel lagi dari PAN, tapi suara PAN akan cukup menentukan pada pilpres nanti," pungkasnya.
77 Robot Berkompetisi Rebut Tiket Nasional
Sabtu, 16 Mei 2009 - 12:21 wib
SURABAYA - Sebanyak 22 tim Kontes Robot Indonesia (KRI) dan 55 tim Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) mulai hari ini 16 -17 Mei mendatang bersaing dalam seleksi regional IV di Graha Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Nantinya juara 1 - 3 KRI dan KRCI yang berhak mewakili regional IV bertarung di ajang nasional yang akan berlangsung di UGM, Yogyakarta, Juni depan.
Selain itu, juga akan ada satu tim terbaik yang dipilih langsung oleh DIKTI untuk maju kompetisi tingkat nasional. Nantinya, juara KRI nasional nantinya mewakili Indonesia di ajang internasional ABU Robocon 2009 di Tokyo, Jepang pada 22 Agustus mendatang.
Dari segi peserta, seleksi regional IV kontes robot ini masih didominasi dari perguruan tinggi di Surabaya dan Malang. Namun ada juga beberapa pemain baru yang meramaikan kontes ini seperti dari Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat dan Politeknik Negeri Manado.
Jumat 15 Mei 2009 kemarin, para peserta diberikan kesempatan melakukan running test untuk melihat performa dari robot-robot ciptaannya.
"Dari running test ini kemudian panitia akan melakukan drawing peserta. Drawing peserta akan dilihat dari hasil running test ini. Tidak seru kalau robot berperforma bagus melawan robot dengan kualitas di bawahnya," kata Wiratno Argo Asmoro Ketua panitia seleksi Regional IV KRI-KRCI 2009.
Dalam seleksi regional IV Kontes Robot Indoesia ini, masing-masing tim akan mengoperasikan tiga robot yang tujuan akhirnya dapat menabuh tiga bedug yang disusun secara vertikal.
Dua robot manual bertugas menggotong satu robot traveller. "Tingkat kesulitannya pada saat menggotong ini. Karena dibutuhkan sinkronisasi kecepatan antara dua robot manual. Karena jika kecepatannya tidak sama, maka robot traveller akan bergoyang-goyang atau bahkan jatuh," kata Wiratno.
Sedangkan robot traveller yang digotong oleh dua robot manual itu, akan diturunkan di sebuah titik yang telah ditentukan panitia, dan kemudian robot traveller ini yang akan memukul bedug.
Skenario tugas yang harus dilakukan robot ini disesuaikan dengan tema 'Internasional Travel Together for the Victory Drums' di Jepang Agustus mendatang. Sehingga pada seleksi regional IV kali ini panitia mengambil tema Gotong Royong Tabuh Bedug.
Sedangkan pada Kontes Robot Cerdik Indonesia dalam satu lapangan akan ada dua robot yang berlomba untuk memadamkan api lebih dulu dan menyelamatkan bayi yang disimbolkan boneka.
Siswi SMA Keliling Dunia Seorang Diri
Sabtu, 16 Mei 2009 - 12:13 wib
Jessica Waston/Telegraph.co.uk
SYDNEY - Seorang remaja putri berusia 16 tahun asal Australia akan menjadi orang termuda di dunia yang mengelilingi dunia. Rencananya, siswi SMA itu akan menjelajahi lautan selama delapan bulan seorang diri.
Diberitakan Telegraph.co.uk, Sabtu (16/5/2009), Jessica Waston rencananya akan memulai perjalanan dengan total jarak 30.000 mil laut pada September mendatang, atau beberapa hari setelah perayaan ulang tahunnya yang ke-16.
Jika berhasil, Jessica akan memecahkan rekor yang diciptakan remaja Australia lainnya, Jesse Martin. Pada 1999, Martin mencatatkan diri sebaga orang termuda yang mengelilingi dunia dengan usia 18 tahun.
Rencananya Jessica akan memulai perjalanannya dari Brisbane, menjelajahi lautan Pasifik, Amerika Selatan, Tanjung Harapan di Afrika, dan Samudra Hindia.
Remaja asal Buderim, Sunshine Coast, itu mengatakan aksi nekatnya dilakukan karena terinspirasi Kay Cotte, perempuan pertama di dunia yang berhasil mengelilingi dunia dengan perahu seorang diri.
Antasari Azhar
Merasa Jadi Selebritis
Entah berkah entah pula musibah, yang jelas kasus Tommy Soeharto telah melambungkan nama Antasari Azhar, ketika menjabat Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Tak heran, kalau setiap kali ia berada di tempat umum, orang-orang langsung menatapnya sambil berbisik-bisik. Sebenarnya, ia merasa risi juga. Namun apa mau dikata. "Saya merasa menjadi selebritis," guyon Antasari.
Namun di balik ketenaran, tidak bisa dipungkiri, Antasari menanggung beban yang cukup berat setelah gagal melakukan eksekusi terhadap Tommy, yang sejak sebulan lalu dinyatakan buron. Sampai-sampai, ia sendiri sempat "dicurigai" ikut menghalang-halangi eksekusi.
Memang, banyak orang yang bertanya-tanya terhadap cara eksekusi yang dilakukan oleh Antasari dan kawan-kawan. Misalnya, Antasari tidak langsung melakukan eksekusi begitu putusan MA turun. Selain itu, ketika grasi Tommy ditolak Presiden, Antasari juga tidak langsung melakukan eksekusi terhadap putra mantan orang kuat Orde Baru itu.
Yang lucunya, ketika hari H pemanggilan Tommy ke Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Antasari juga belum bisa memastikan apakah Tommy sudah menerima salinan penolakan grasi atau tidak. Anehnya lagi, waktu itu (Jumat, 3 November), Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan "mengundang" Tommy ke kantornya pada siang hari, bukan paginya. Bila tidak memenuhi undangan itu, baru mereka akan melakukan upaya paksa. Tapi, ternyata, ketika eksekusi paksa hendak dilakukan, Tommy sudah tidak ada lagi di Cendana.
Tidak jelas, apakah kelemahan-kelemahan semacam itu semata-mata persoalan administratif saja atau memang kelambanan Antasari sendiri dalam bertindak. Kalau betul itu kelemahan administratif, mungkin bukan Antasari sendiri yang harus bertanggungjawab, meskipun ia tidak bisa begitu saja lepas tangan. Namun, jika itu karena kelambanan Antasari, tidak salah kalau kesan yang muncul ia sengaja mengulur-ulur waktu eksekusi. Yang terlihat, Antasari memang kurang memperhitungkan bahwa yang akan dieksekusi itu adalah manusia, bukan benda mati yang tidak bisa lari.
Selain itu, kelihatan sekali ia terlalu percaya pada pengacara Tommy. Simak saja jawabannya ketika ditanya TEMPO, mengapa saat permohonan grasi Tommy ditolak Presiden, pihaknya tidak segera melakukan eskekusi: "Pengacara Tommy bilang bahwa eksekusi tidak dapat dilakukan karena mereka belum menerima petikan penolakan grasi." Apakah hal itu karena salah satu pengacara Tommy, Bob RE Nasution, adalah seniornya di kejaksaan? "Saat bertugas di Jakarta Pusat, saya memang menjadi anak buah Pak Bob. Sekarang, kalau bicara hukum, posisi kami berbeda," kilah Antasari. Ia juga membantah ada deal khusus antara dirinya dan Bob mengenai eksekusi Tommy.
Yang juga menjadi pertanyaan publik adalah cara kejaksaan melakukan penggeledahan terhadap kediaman Tommy dan keluarga besarnya di Cendana. Sebelum penggeledahan dilakukan, pihaknya sudah lebih dulu mengumumkan target-target penggeledahan itu. Ia lagi-lagi lupa bahwa yang akan dicari dengan penggeledahan itu bukan benda mati, yang tidak bisa lari atau bersembunyi. Tak heran kalau kemudian kisah pengejaran Tommy lebih mirip sandiwara belaka.
Mungkin hal itu juga yang membuat Jaksa Agung Marzuki Darusman, seperti dikutip Kompas, perlu melaporkan Antasari kepada polisi, meskipun kemudian Marzuki membantahnya. Namun Antasari tetap dalam posisi yang tidak enak, setidaknya publik memberi penilaian bahwa ia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Padahal, sebelum Tommy lari, ia sudah terlihat sangat optimis bisa membawa Tommy ke Cipinang. Ia pun tampak tidak khawatir terhadap kemungkinan Tommy melarikan diri. Alasannya, Tommy telah dicekal.
Sementara orang-orang menyorotnya tidak becus, Antasari sendiri justru menganggap pengacara Tommy-lah yang berusaha menghalang-halangi eksekusi. Ia tidak yakin dengan alasan yang dikemukakan oleh sang pengacara bahwa Tommy mendapat teror akan dibunuh dan sebagainya. "Darimana saya tahu alasan itu dari Tommy? Tommy enggak pernah kontak saya," ujarnya. Ia menduga, alasan itu hanya bikinan pengacaranya. Namun begitu, seperti dituturkannya kepada TEMPO, ia optimis Tommy akan tertangkap, bahkan dalam hitungan hari. Benarkah?
Antasari sendiri, walau menanggung beban yang cukup berat, kelihatan santai-santai saja. Setidaknya, ia tidak terlihat tegang. Meskipun ada sebagian orang yang mencemoohnya, bahkan mencaci-maki. Hal yang juga terpaksa diterima anak-anaknya. "Saya kan jadi repot, tiap hari ditanyain terus sama temen-temen soal Tommy," ujar Andita, anak pertamanya yang duduk di bangku kelas III SMU. Meski begitu, mereka tetap mendukung sang ayah. "Tiap malam saya berdoa supaya Tommy tertangkap dan bapak jadi tenang," kata Ajeng, putri bungsunya yang baru kelas III SMP. Tentu saja, selain "celoteh kanan-kiri" yang harus diterima, ada pula yang menunjukan rasa simpati dengan mengirim bunga atau parsel.
Yang pasti, selama menangani kasus Tommy kesibukannya menjadi sangat meningkat. Sampai-sampai waktunya untuk keluarga nyaris tak ada. Pulang ke rumah kadang-kadang sudah sangat larut malam, bahkan dini hari, lalu berangkat lagi sekitar pukul enam pagi. Untungnya, isteri dan anak-anaknya bisa memahami hal tersebut. Walaupun demikian, Antasari merasa sedih juga telah "menerlantarkan" keluarganya, juga mengorbankan kegemarannya bermain tenis. Tidak jarang, ketika sedang berjalan bersama dua anaknya, ia mendapat telepon yang membuatnya harus meninggalkan acara keluarganya itu. "Biasanya anak-anak saya suruh pulang naik taksi saja," kisahnya.
Lahir di Pangkal Pinang, Bangka, 47 tahun lalu. Ia menamatkan sekolah dasar di Belitung. Sementara SMP dan SMA ditamatkannya di Jakarta. Selanjutnya, ia masuk Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Jurusan Tata Negara. Di kampus itu, Antasari dikenal sebagai salah seorang yang aktif di organisasi. Ia sempat menjadi Ketua Senat Mahasiswa dan Kedua Badan Perwakilan Mahasiswa. "Saya kan bekas demonstran tahun 78," akunya bangga.
Lulus kuliah, ia kembali ke Jakarta. Awalnya, Antasari bercita-cita menjadi diplomat. Tetapi rupanya, perjalanan hidupnya berkata lain: ia diterima menjadi jaksa. Awal karirnya sebagai penegak hukum itu ia jalani saat menjadi jaksa fungsional di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat (1985-1989). Pelan-pelan karirnya meningkat. Setelah bertugas di sejumlah daerah -- di Tanjung Pinang, Lampung, Jakarta Barat, dan Baturaja -- ia ditarik ke Kejaksaan Agung menjadi Kasubdit Upaya Hukum Pidana Khusus. Namanya pun mulai berkibar. Dari sana, ia dipindahkan menjadi Kepala Subdit Penyidikan Pidana Khusus. Terakhir, sebelum dipercayakan menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Antasari menjabat Kepala Bidang Hubungan Masyarakat di lembaga yang kini dipimpin Marzuki Darusman itu.
Untuk mendukung tugas-tugasnya itu, ia tidak pernah berhenti belajar. Antasari tidak hanya membaca --dan mengoleksi berbagai buku, terutama buku-buku berbau hukum-- tetapi juga mengikuti kuliah formal untuk menambah ilmunya. Kini ia sedang mengambil gelar master bidang bussiness law di IBLAM, lembaga yang dikelola oleh mantan Hakim Agung Bismar Siregar. Semangat untuk menambah wawasan itu bisa terbaca begitu memasuki ruang kerjanya: deretan buku memenuhi lemari di sana.
Teguhkan Independensi KPK
Di bawah kepemimpinan jaksa karir ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semakin menunjukkan kemampuan dan keteguhan independensinya memberantas korupsi. Sebagai Ketua KPK, Antasari Azhar, kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953, menunjukkan kepemimpinan yang menempatkan KPK pada posisi seharusnya sebagai lembaga yang independen, bebsa dari campur tangan pemerintah dan lembaga lainnya.
KPK di bawah kepemimpin mantan Kepala bidang hubungan media massa Kejaksaan Agung (2000) dan Kepala kkejaksaan Negeri Jakarta Selatan, ini memperlihatkan keberanian, profesionalitas, integritas dan eksistensinya yang tidak berada di bawah kendali pemerintah (eksekutif). Ia tidak gemar menghadap dan melapor kepada Presiden seperti pendahulunya Taufiequrachman Ruki.
Pada awal kepemimpinnya, beberapa saat setelah ia dilantik bersama empat anggota KPK lainnya di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/12/2007), KPK membongkar kasus suap dalam tabuh Kejaksaan Agung, Juga menuntaskan kasus penympangan dana di Bank Indonesia yang melibatkan antara lain Aulia Pohan, besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada saat baru dilantik, banyak pihak menduga Antasari sebagai seorang jaksa karir akan tunduk kepada Jaksa Agung dan Presiden sebagai atasannya, sebelum menjabat Ketua KPK.
Antasari Azhar, kala itu meminta masyarakat bersabar dan memberi waktu kepada anggota KPK yang baru dilantik untuk berkoordinasi. "Saya mohon bersabarlah. Keputusan KPK itu keputusan kolektif," ujarnya.
Setelah pelantikan, Presiden pun berbicang-bincang dengan anggota KPK. Yudhoyono meminta konsistensi penegakan hukum pemberantasan korupsi dilanjutkan. Presiden lantas memanggil mantan Ketua KPK Taufiequrachman Ruki. Dalam sorotan kamera televisi, Presiden kemudian memberi beberapa arahan.
Sementara itu, saat acara di Kantor KPK, suasana haru terjadi saat serah terima jabatan antara pimpinan KPK lama yang diketuai Taufiequrachman Ruki dan pimpinan KPK baru yang diketuai Antasari Azhar.
Saat tayangan video di layar besar menampilkan beberapa foto kegiatan pimpinan KPK lama, tepuk tangan meriah tak kunjung henti. Beberapa di antaranya terlihat menyeka air mata.
"Saya sungguh terharu dan terpanggil karena Pak Taufieq cs mendapat aplaus meriah. Kami berpikir, apakah kami empat tahun ke depan mendapat aplaus seperti ini. Empat hari lalu kami berkumpul, meskipun belum dilantik, kami sudah membangun komitmen untuk terus berjuang memberantas korupsi. Jangan ragukan itu dan kami siap," janji Antasari dalam pidatonya.